Seni komunitas adalah sebuah bentuk seni yang diciptakan oleh dan untuk masyarakat. Seni ini melibatkan partisipasi aktif dari anggota komunitas dalam proses penciptaan karya seni. Dalam seni komunitas, tidak ada batasan antara seniman dan penonton, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya dalam menciptakan karya seni yang bermakna.
Menurut pakar seni, Dr. Anwar Sani, seni komunitas memiliki dampak yang sangat positif bagi masyarakat. Dr. Anwar Sani menyatakan bahwa seni komunitas dapat menjadi sarana untuk mempererat hubungan antarwarga dalam suatu komunitas. Melalui kolaborasi dalam menciptakan karya seni, anggota komunitas dapat belajar bekerja sama, menghargai perbedaan, dan merayakan keberagaman.
Dampak positif dari seni komunitas juga terlihat dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Retno Mastuti, seni komunitas dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan emosional masyarakat. Partisipasi dalam kegiatan seni komunitas dapat meningkatkan rasa percaya diri, mengurangi stres, dan meningkatkan kreativitas.
Salah satu contoh keberhasilan seni komunitas adalah program mural yang dilakukan oleh kelompok seniman lokal di sebuah kota kecil di Jawa Barat. Melalui kolaborasi dengan warga setempat, seniman-seniman ini berhasil menciptakan mural-mural yang menggambarkan sejarah dan kehidupan masyarakat setempat. Dampaknya sangat signifikan, tidak hanya dalam mempercantik lingkungan, tetapi juga dalam membangun rasa kebersamaan dan kebanggaan akan identitas lokal.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seni komunitas memiliki peran yang sangat penting dalam memperkuat hubungan antarwarga, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan memperkaya kehidupan budaya suatu komunitas. Melalui partisipasi aktif dalam seni komunitas, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, kreatif, dan berdaya. Sebagai kata-kata Bang Mario, “Seni komunitas bukan hanya tentang menciptakan karya seni, tetapi juga tentang menciptakan hubungan yang lebih manusiawi di antara kita.”